SUNDAY, JANUARY 1, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 1 Januari 2012
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah
harapanku." Mazmur 62:6
Hari ini adalah
awal kaki kita menapaki hari baru di tahun yang baru. Sejuta angan dan
harapan ada di benak setiap orang. Banyak prediksi bahwa hari-hari ke
depan tidak semakin mudah, sebaliknya semakin sulit, banyak ujian dan tantangan
yang menghadang.
Sebagai orang
percaya kita harus tetap tenang. Ketenangan bukanlah sebuah keadaan
melainkan sebuah keputusan. Artinya seburuk apa pun situasi yang ada dan
membuat hati tidak tenang kita dapat memutuskan agar tetap tenang.
Mengapa kita harus tetap tenang dalam menjalani hari-hari yang sulit? Karena
kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita dan pertolonganNya
selalu tepat pada waktunya. Daud berkata, "Allah itu
bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan
sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jadi tidak ada alasan untuk
tidak tenang.
Hari-hari ini
dunia sudah semakin kehilangan ketenanganan. Orang yang kaya gelisah dan
tidak tenang hidupnya karena memikirkan bagaimana cara menyimpan uang dan
hartanya secara aman. Sebaliknya orang miskin juga tidak bisa tenang
karena hari-harinya dipenuhi oleh rasa kuatir bagaimana memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kunci untuk hidup tenang adalah memiliki penyerahan diri penuh
kepada Tuhan. Dalam Yesaya 30:15 dikatakan, "Dengan
bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan
percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Ternyata
ketenangan dalam diri seseorang mendatangkan kekuatan yang luar biasa!
Orang yang tenang dapat kuat menghadapi persoalan apa pun. Sebaliknya
orang yang tidak tenang, pikirannya akan cenderung menuju ke arah
negatif. Banyak keputusan-keputusan yang salah atau keliru kita buat
ketika kondisi hati kita sedang tidak tenang.
"Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat
berdoa." (1 Petrus 4:7b). Bila kita tenang kita bisa berdoa dan banyak
persoalan yang dapat kita selesaikan ketika kita berdoa. Sungguh,
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah
keselamatkanku." (Mazmur 62:2). Artinya, ketenangan hanya
kita dapatkan ketika kita hidup dan tinggal dekat Tuhan.
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2012 ini dengan penuh penyerahan diri
kepada Tuhan, sehingga kita tetap tenang di segala situasi!
MONDAY, JANUARY 2, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 2 Januari 2012
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil
pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan
makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam
kandang." Habakuk 3:17
Adalah tidak
mudah bagi kita untuk melupakan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup
kita, terutama apabila peristiwa atau kejadian tersebut sempat membuat hati
kita kecewa, getir, takut dan gentar. Menginjak hari kedua di tahun baru
ini kita pun tak tahu lorong-lorong yang akan kita lalui dan jalani, serta
peristiwa-peristiwa yang akan kita alami: adalah lorong-lorong di depan
kita itu lurus ataukah semakin terjal penuh dengan batu dan onak duri.
Meski demikian kita yang memiliki Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam hidup
kita tetap dapat mengalami sukacita dan beroleh kekuatan walaupun kenyataan
yang ada begitu mencemaskan dan mengkuatirkan.
Hal inilah yang
juga dialami Habakuk. Ia menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu apa
yang akan terjadi, tetapi ia tetap menguatkan hatinya di dalam Tuhan sehingga
masih dapat berkata, "...aku akan bersorak-sorak di dalam
Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu
kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku
berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Ada
satu rahasia yang membuat habakuk sanggup mengucapkan perkataan-perkataan iman
di segala situasi yaitu "...orang yang benar itu akan hidup
oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Percaya kepada
siapa? Dalam Yohanes 1:12 dikatakan bahwa "...semua
orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu
mereka yang percaya dalam namaNya;" Jadi, "Barangsiapa
percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat
kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di
atasnya." (Yohanes 3:36).
Untuk
memperoleh kehidupan di dalam Tuhan Yesus kita harus percaya dan mempunyai
keyakinan yang teguh akan Injil firmanNya seperti pernyataan Paulus ini, "...aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Alah
yang menyelamatkan setiap orang yang percaya," (Roma 1:16).
Yakinlah! Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan firmanNya tidak
pernah ditinggalkan Tuhan dan aku kuat bertahan dalam menghadapi ujian!
TUESDAY, JANUARY 3, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 3 Januari 2012
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Sebagai
anak-anak Tuhan (pengikut Kristus) kita haruslah mempunyai bukti
identitas yang diakui oleh Tuhan Yesus, yaitu mengalami kelahiran baru yang
dimeteraikan oleh Roh Kudus. Selama ini masih banyak Kristen yang mengaku
dirinya sudah lahir baru tetapi hidupnya masih belum menunjukkan perubahan atau
tak mau mengubah pola hidupnya. Mungkin kita sudah terlibat dalam
pelayanan, bisa mengajar dan memberitakan Injil, serta berbagi kasih kesaksian
pertolongan Tuhan dalam hidup kita kepada orang lain; tapi bisa saja
hidup kita belum menyenangkan hati Tuhan karena cara hidup kita tidak jauh
berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.
Alkitab
menasihatkan, "Baikah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya
sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan
melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Hidup
kekristenan adalah hidup yang penuh penyangkalan diri. Apabila tak ada
penyertaan sepenuhnya kepada Tuhan sulit bagi kita menyangkal diri, karena
dalam penyangkalan diri ada harga yang harus dibayar: perasaan, gengsi,
reputasi dan juga kerendahan hati. Selama kita masih menuruti jalan
pikiran sendiri sukar rasanya menyangkal diri dan memikul salib. Mari
teladani kehidupan Rasul Paulus yang berani berkata, "Aku
telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."
(Galatia 2:19b-20).
Bila Kristus
benar-benar hidup di dalam kita, kita tidak lagi punya keinginan untuk
menonjolkan diri atau bermegah terhadap diri sendiri. Yang harus menonjol
dan bersinar dari dalam kita adalah Kristus saja. Jadi "...aku
sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus,
sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."
(Galatia 6:14). Karena itu kita pun tak berhak menentukan jalan hidup
sendiri, serahkanlah kepada Yesus yang tahu mana yang terbaik bagi kita.
Kita harus tunduk sepenuhnya menurut kehendak Tuhan.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.
Selidikilah dirimu!" 2 Korintus 13:5a, b
WEDNESDAY, JANUARY 4, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 4 Januari 2012
"Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya." 1 Tawarikh 29:10
Acapkali
keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri
dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes
ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari
Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi
keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
Banyak orang
sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang
kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya
mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang
yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat!
Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan.
Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan
sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah
kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan
syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab
semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
Belajarlah dari
raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa
tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak
punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah
menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh.
Simak pengakuan
Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan,
kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit
dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu
melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan
berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam
tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan
mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur
kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh
29:11-13).
Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari
Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!
THURSDAY, JANUARY 5, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 5 Januari 2012
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu
penjuru." Mazmur 118:22
Segala
perbuatan Tuhan itu heran dan ajaib. Tidak bisa diukur oleh akal sehat
manusia. Ada tertulis: "...jalanmu bukanah jalan-Ku,
demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."
(Yesaya 55:8-9).
Jika seorang
tukang bangunan atau ahli bangunan sudah berkata bahwa batu tertentu tidak
cocok untuk membangun sebuah rumah, adalah percuma kita menanyakan hal itu lagi
kepada orang lain yang bukan ahlinya. Tetapi, hal yang aneh dan tidak
lazim justru telah terjadi, "Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (ayat
nas). Siapakah yang dimaksud dengan batu itu? Alkitab dengan tegas
menyatakan, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan -yaitu kamu sendiri-, namun ia telah menjadi batu
penjuru." (Kisah 4:11). Sungguh, bagi Tuhan tidak ada
perkara yang mustahil!
Ituah sebabnya
pemazmur berkata, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah
kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mazmur
118:24). Hari yang dijadikan Tuhan adalah hari ketika batu yang dibuang
oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, "Hal
itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita,"
(Mazmur 118:23). Hari yang teramat sangat istimewa di mana Allah telah
menentukan Tuhan Yesus Kristus sebagai batu penjuru; hari di
mana "...Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu
salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati-"
(Kisah 4:10). Jadi, hari yang telah dijadikan Tuhan adalah hari
kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Rasul Petrus
berkata, "...datangah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang
memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat
Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal,
dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu
penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.'"
(1 Petrus 2:4, 6, 7).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru kita, olehNya kita beroleh keselamatan!
FRIDAY, JANUARY 6, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 6 Januari 2012
"Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran
melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan
janganlah gemetar karena mereka," Ulangan 20:3
Perjaanan hidup
orang percaya yang walaupun berada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan bukanah
mulus tanpa hambatan; justru sebaliknya kita akan menghadapi tantangan
dan peperangan yang tidak mudah, bahkan jauh lebih besar.
Tertulis: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu,
dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari
padamu,..." (Ulangan 20:1).
Mengapa Tuhan
ijinkan hal itu terjadi di dalam kehidupan kita? Karena di balik itu
semua Tuhan punya rencana di mana Dia akan memberikan kemenangan yang besar
bagi kita. Jadi sesungguhnya rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar
menyediakan berkat-berkatNya, tetapi Ia juga menghendaki agar kita dapat
melihat dan mengalami kemenangan atas permasalahan sebesar apa pun. Perlu
dipahami bahwa kemenangan yang gilang-gemilang adalah rancangan Tuhan bagi
kehidupan orang percaya: "Tuhan Allahmu ada di antaramu
sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau
dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena
engkau dengan sorak-sorai," (Zefanya 3:17).
Mengapa masih
banyak anak Tuhan yang belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya? Ada
hal-hal yang seringkali menjadi penghambat kemenangan kita, salah satunya
adalah ketidaksabaran kita menantikan Tuhan. Ketidaksabaran membuat
seseorang menyerah di tengah jalan, tidak lagi bertekun dan menjadi tawar
hati. Yakobus menasihati, "...petani menantikan hasil
yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur
dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan
hatimu," (Yakobus 5:7b-8). Waktu kita bukanlah waktu
Tuhan; Dia tahu yang terbaik dan pertolonganNya tidak pernah
terlambat. Hal lain adalah karena kita tidak mau membayar harga! Di
setiap peperangan selalu ada pengorbanan dan juga air mata. Sudahkah kita
berkorban waktu, tenaga dan memberi yang terbaik untuk Tuhan?
Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, janganlah takut,
"sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang
bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan
kepadamu" Ulangan 20:4
SATURDAY, JANUARY 7, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 7 Januari 2012
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak
ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Ada kalimat
bijak yang mengatakan, "Kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda." Siapa pun dari kita pasti tidak mau mengalami kegagalan
dalam hidupnya: entah itu gagal dalam studi, karir dan juga rumah
tangga. Kegagalan ibarat hantu yang sangat menakutkan semua orang,
sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari dan menjauhinya.
Apa itu
kegagalan? Kegagalan adalah suatu proses ketidakberhasilan mencapai apa
yang diusahakan atau direncanakan. Jika saat ini kita mengalami
kegagalan, jangan putus asa dan larut dalam kekecewaan terus-menerus.
Sejarah dunia mencatat bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang
tidak pernah gagal dalam hidupnya; justru mereka juga pernah atau mungkin
berkali-kali mengalami kegagalan, tapi mereka tidak menyerah pada keadaan dan
kemudian bangkit. Oleh karena itu andalkan Tuhan dan libatkan Dia dalam
segala hal. Serahkan setiap rencana hidup kita kepada Tuhan
sepenuhnya. Ada tertulis: "Hari ini atau besok kamu
berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang
serta mendapat untung;, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja
kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan
menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.;"
(Yakobus 4:13-14). Rencana manusia bisa gagal, tetapi rencana Tuhan tidak
pernah gagal. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan
jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya
55:8).
Berjalan
bersama Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya adalah kunci untuk terbebas
dari kegagalan. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan yang
terjadi. Percayalah bahwa melalui kegagalan ini Tuhan sedang memberikan
kita pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, sebab setelah mengalami
kegagalan kita akan menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan semakin siap
untuk menjalani hidup ini. Salomo berkata, "Percayalah
kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri...Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"
(Amsal 3:5, 7a).
Mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah kunci terhindar dari kegagalan!
SUNDAY, JANUARY 8, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 8 Januari 2012
"Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar
ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." Lukas 5:6
Ketika seseorang
berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan,
mudah baginya untuk taat kepada Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang
berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit
rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah
tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi dan menjadi marah.
Perasaan inilah
yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam
keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam
bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor pun ikan diperoleh. Tuhan
Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu "Ia naik ke dalam
salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan
perahunya sedikit jauh dari pantai... 'Bertolaklah ke tempat yang dalam
dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.'" (Lukas 5:3a,
4). Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk
bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi: "Guru,
telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,
tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
(Lukas 5:5). Sesungguhnya hati Simon sangat kesal sebab dia telah bekerja
keras sepanjang malam tanpa hasil, tetapi tiba-tiba ia harus memenuhi keinginan
Tuhan Yesus yang dirasa sangat tidak masuk akal. Bukankah Simon adalah
seorang nelayan yang ulung? Pastilah dia sudah paham betul 'medan'
nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan. Belum lagi ia harus
mendengarkan Tuhan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. Tak
bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya
orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman
Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan
Yesus kepadanya, "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga."
Ketaatan Simon
tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan
tidak ada perkara yang mustahil. Tertulis: "Dan
setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu
dengan ikan hingga hampir tenggelam" (Lukas 5:6, 7b).
Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa!
MONDAY, JANUARY 9, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 9 Januari 2012
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakobus
4:8a
Tuhan itu hanya
sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin
mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha
keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia
segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa
dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu
beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu,
tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya"
(2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari
Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan
menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita
inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena
Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu."
(Mazmur 37:4).
Daud memiliki
hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami
pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa
di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud
memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan
percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan
kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur
37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang
dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga
mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai
lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin
terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang
lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan
keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat
ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke
dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan
ketidakpercayaan.
Dunia saat ini
dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa
takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan
takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang
sedang terjadi.
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!
TUESDAY, JANUARY 10, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 10 Januari 2012
"Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak
hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan
dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu." Daniel
10:12
Ketika Koresh,
raja orang Persia memerintah, Daniel mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa
akan terjadi kesusahan yang besar di kerajaan Persia. Lalu, Daniel pun
berdoa kepada Tuhan meminta peneguhan tentang penglihatan yang telah ia terima
itu, dan Alkitab mencatat bahwa saat itu juga doa yang dipanjatkan Daniel
didengar Tuhan. Tapi peneguhan itu belumlah terjadi, Daniel harus
menunggu selama 24 hari barulah Tuhan menyatakannya dengan jelas.
Tertulis: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu,
tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi
mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari
bersembunyi;" (Daniel 10:7).
Mungkin saat
ini kita sedang bergumul dengan masalah yang berat dan sudah berdoa sekian lama
tapi sepertinya doa kita tidak didengar dan dijawab oleh Tuhan. Kita pun
mulai ragu dan bimbang. Sesungguhnya setiap doa yang kita panjatkan pasti
didengar Tuhan. Yang menjadi persoalannya adalah Tuhan tidak selalu
menjawab 'ya' dan adakalanya jawaban Tuhan 'ya'
tapi 'tunggu dulu', artinya kita harus sabar menunggu waktunya Tuhan.
Ketidaksabaran dan ketidakmengertian akan kehendak Tuhan ini membuat kita putus
asa dan berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengabulkan doa-doa kita, dan akhirnya
kita tidak lagi berharap kepada Dia dan mulai mereka-reka jalan sendiri mencari
pertolongan dunia. FirmanNya mengatakan, "Dan apa saja
yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya." (Matius 21:22).
Jadi, kunci
untuk beroleh jawaban doa adalah percaya dan tidak bimbang. Kebimbangan
membuat seseorang ragu akan kuasa Tuhan. Dalam berdoa kita juga harus
memiliki kerendahan hati, artinya kita mengakui kelemahan dan ketidak berdayaan
kita di hadapan Tuhan, serta mempercayakan seluruh kendali hidup kita kepada
Tuhan mealui pimpinan Roh Kudus dan firmanNya. Selain itu Daniel hidup
dalam kebenaran, karena itu doanya berkenan membuat Tuhan menyatakan kuasaNya.
Doa orang benar pasti dijawab Tuhan; bisa sekarang tapi bisa juga
nanti, karena itu jangan bimbang!
WEDNESDAY, JANUARY 11, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 11 Januari 2012
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan
paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena
kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus
5:2
Dalam segala
perkara, cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Untuk bisa menguasai
segala sesuatu, dunia menggunakan cara yang dipenuhi dengan kekerasan,
pemaksaan, penipuan, terkadang dengan intrik atau tipu muslihat. Namun
Tuhan memberikan cara yang berbeda untuk memenangkan jiwa bagi
kerajaanNya. Bila kita ingin membawa jiwa baru bagi Tuhan bukanlah dengan
kekerasan dan juga paksaan, tapi harus dengan sikap yang penuh dengan
kasih. Kita harus ingat bahwa tugas menggembalakan kawanan domba itu
bukan semata-mata di pundak para hamba Tuhan atau pendeta, tapi setiap orang
percaya juga harus menjadi gembala bagi domba-domba yang terhilang dan
tersesat.
Terkadang
banyak orang Kristen yang ingin memenangkan jiwa bagi Tuhan tapi hidupnya belum
bisa menjadi kesaksian bagi orang lain. Hal ini bisa menjadi batu
sandungan bagi orang lain yang ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruseamat. Karena itu Paulus menasihati, "...supaya
kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela
di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,"
(Filipi 2:15). Di tengah situasi dunia yang tidak menentu ini biarah kita
tetap semangat dan menjaga 'api' agar tetap membara dalam hati kita
untuk melayani orang lain dengan penuh kesungguhan hati. "Lakukanlah
segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,"
(Filipi 2:14).
Mari kita
menangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan dengan pengabdian, sukarela dan
kasih seperti Tuhan Yesus. Dalam melayani jiwa-jiwa janganlah kita
mencari keuntungan diri sendiri atau memiliki motivasi yang salah, melainkan
mengasihinya dengan sungguh karena mereka adalah domba-domba yang tersesat dan
harus diselamatkan. Kerelaan hati dalam berbakti dan melayani itulah hal
yang berkenan di hadapan Tuhan.
Karena kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, biarlah waktu-waktu yang ada
sekarang ini kita gunakan untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa
pun yang ada di dunia ini, serta membawa jiwa-jiwa baru bagi Dia!
THURSDAY, JANUARY 12, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 12 Januari 2012
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti
jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Semua orang di
dunia ini tanpa terkecuali pasti pernah mengalami masalah. Masalah, sakit-penyakit,
penderitaan, kesesakan dan sebagainya adalah bagian dari kehidupan manusia
selama hidup di dunia ini. Berbicara tentang masalah dan penderitaan,
tidak seorang pun yang rela mengalaminya walau kenyataannya hampir semua orang
pernah menderita. Masalah dan penderitaan itu datang bukan karena dicari,
bahkan ia begitu saja datang tanpa diundang; sekalipun kita berusaha
untuk lari menghindarinya pada akhirnya ia datang juga dan melanda hidup
kita. Tetapi Alkitab menyatakan, "Sebab dapatkah
disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu
adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20). Saat
ini kita hidup di hari-hari akhir di mana Tuhan hendak memurnikan umatNya.
Masalah dan
penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian yang harus dilewatinya.
Penderitaan bisa saja terjadi karena perbuatan Iblis, karena "Pencuri
datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"
(Yohanes 10:10a). Adalah tugas kita untuk melawan segala tipu muslihat
Iblis. "Lawanlah dia (Iblis) dengan iman yang
teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung
penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9). Kita harus percaya
bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umatNya, kecuali jika ada celah
yang terbuka bagi Iblis karena dosa dan pelanggaran kita. Jika kita tidak
segera bertobat, Iblis akan masuk dan menguasai kita sehingga kita
menderita. Masalah dan penderitaan bisa terjadi karena seijin Tuhan
karena Dia hendak memurnikan kita.
Dengan mengerti
maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan kita akan sadar bahwa kita tidak
sendirian menghadapinya, karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberi
kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami
selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan
mengeluh.
Milikilah sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, sebab masalah dan
penderitaan pasti akan berlalu karena "Ia membuat segala sesuatu
indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11a
FRIDAY, JANUARY 13, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 13 Januari 2012
"Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat
tilamnya dan berjalan." Yohanes 5:9
Alkitab
menyebutkan bahwa di dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam
bahasa Ibrani disebut Betseda, artinya 'rumah anugerah'. Ini
menunjukkan bahwa Tuhan telah menyediakan anugerahNya bagi semua orang yang
hidup dalam penderitaan karena buta, timpang dan juga lumpuh. Orang-orang
yang sakit sangat memerlukan anugerah dari Tuhan, terlebih bagi mereka yang
sakit rohani, buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Inilah
yang menjadi menghalang iman mereka sehingga tidak dapat bertumbuh.
Pada waktu itu
dikisahkan bahwa orang-orang yang sakit harus selalu siap menantikan waktu
kapan gerakan pertolongan Tuhan terjadi, "Sebab
sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air
itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya, sesudah goncangan air
itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya." (Yohanes
5:4). Goncangan air itu sama halnya dengan gerakan kuasa Roh Kudus yang
siap menolong anak-anak Tuhan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kita
juga harus selalu dalam keadaan siap menantikan kehadiranNya, karena bila
hadirat Tuhan turun kita juga harus segera bertindak, yaitu membuka hati kita
dengan iman untuk menerima anugerahNya.
Firman Tuhan
merupakan suatu gerakan atau goncangan kuasa Tuhan yang sanggup memberikan
pertolongan bagi setiap orang yang sakit, baik sakit secara fisik atau
spiritual. Tetapi banyak di antara kita yang keadaannya seperti orang
yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, tak dapat bergerak untuk
masuk ke dalam kolam. Artinya tidak dapat bertindak dan berusaha dengan
iman untuk menerima anugerah Tuhan yang sudah disediakanNya. Ketika Tuhan
Yesus melihat orang yang sakit itu bertanyalah Ia, "'Maukah
engkau sembuh?' Jawab orang sakit itu kepadanya: 'Tuhan, tidak ada
orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan
sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului
aku.,'" (Yohanes 5:6b-7). Jawabannya justru seolah-olah ia
sedang menyalahkan orang lain dan berharap orang lain dapat menolongnya.
Jangan ragu dan pesimis, anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita yang mau
datang kepadanya!
SATURDAY, JANUARY 14, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 14 Januari 2012
"Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan
hancur karena nyalanya." 2 Petrus 3:12b
Nubuat tentang
datangnya hari penghakiman dan penghangusan bumi oleh api Tuhan sudah sering
disampaikan oleh para nabiNya sejak zaman dahulu. Waktu itulah yang
dinamakan hari Tuhan: "Pada hari itu langit akan lenyap
dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api,
dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap." (2
Petrus 3:10b). Bumi akan berguncang begitu hebatnya, langit akan gemetar,
matahari dan bulan akan menjadi gelap dan bintang-bintang di langit tidak
bercahaya lagi.
Jika kita pelajari
lebih dalam lagi banyak kita temukan kata api di dalam
Alkitab, tetapi api yang dimaksudkan bukanlah dalam arti harafiah. Tuhan
seringkali menggunakan kataapi sebagai unsur untuk menyucikan dan
memurnikan. Kita sering mendengar pernyataan: "Api Roh Kudus
membakar setiap hati untuk Tuhan." Tentunya yang dimaksud api di
sini bukan dalam arti yang sesungguhnya. Namun yang pasti api penghakiman
yang sebenarnya adalah disediakan Tuhan bagi orang-orang fasik.
Jadi api juga
dipakai Tuhan dengan tujuan untuk memurnikan umatNya seperti tertulis: "Sesungguhnya,
Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah
menguji engkau dalam dapur kesengsaraan." (Yesaya 48:10).
Setiap orang percaya harus terlebih dahulu masuk dalam dapur kesengsaraan
supaya sifat-sifat lama kita hilang. Seseorang yang sudah mengalami
pemurnian dari Tuhan hidupnya pasti akan berbeda, baik itu sifat dan
karakternya. Pembentukan karakter melalui 'api' pemurnian ini
memerlukan kerendahan hati kita, sehingga hati yang semula congkak dan sombong
akan merendahkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan
pertolonganNya. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab dan juga para hamba
Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar bisa sudah pernah merasakan dan mengalami
kesengsaraan ketika mereka dimurnikan oleh api Roh Kudus, dan hasilnya menjadi
indah. Inilah yang juga dirasakan Daud: "Sebelum aku
tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada
janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar
ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71).
Tuhan memurnikan kita dengan apiNya sebagai bukti Ia sangat mengasihi kita!
SUNDAY, JANUARY 15, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 15 Januari 2012
"...bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada
hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" 1
Korintus 15:3-4
Berita tentang
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari kematian adalah hal yang sangat menakutkan
bagi Iblis dan merupakan kebencian bagi orang-orang yang sesat. Sudah
sejak zaman para rasul Kristus banyak ahli Taurat dan pemuka agama yang
menyangkal kebangkitan Kristus ini. Dan sampai hari ini pun Iblis terus
berusaha meyakinkan manusia yang ada di bumi ini bahwa Yesus Kristus itu tidak
bangkit dari kematian sebab Dia tak pernah disalibkan. Memang banyak
pendapat dan teori manusia yang dipaksa-paksakan untuk memutarbalikkan fakta
tentang penyaliban dan juga kebangkitan Yesus Kristus. Yang pasti, teori
penyangkalan manusia akan kebangkitan Yesus Kristus itu didalangi oleh roh
Iblis karena Iblis tahu benar bahwa apabila manusia mengerti kuasa
kebangkitan Kristus, manusia dapat menggunakan kuasa itu untuk
mengalahkan semua tipu muslihat Iblis yang berusaha untuk membinasakan setiap
segi kehidupan manusia. Mengahadapi semua itu biarlah kita tetap bersikap
tenang dan tak perlu menanggapi teori-teori atau berita yang bertentangan
dengan firman Tuhan. Jangan sedikit pun ragu akan kebenaran Injil.
Rasul Paulus
berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu."
(1 Korintus 15:14). Umumnya gereja-gereja hanya membahas dan membicarakan
soa kebangkitan Kristus pada hari Raya Paskah saja. Salib dan kebangkitan
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling terkait.
Tanpa kebangkitan, salib tak punya arti apa-apa. Tanpa kebangkitan
Kristus, salib hanya merupakan suatu tragedi memilukan dan sebuah kekalahan
belaka. Jika Kristus terus terbaring di dalam kubur dan tidak bangkit,
dunia tetap berada di dalam kegelapan dan hidup manusia tidak berarti apa-apa.
Itulah yang
dilakukan Iblis yaitu meracuni pikiran manusia sehingga manusia tidak percaya
bahwa Kristus disalibkan dan pada hari yang ketiga telah bangkit.
Dengan ketidakpercayaannya kepada Kristus manusia pasti akan mengalami
kebinasaan kekal. Sebaliknya, barangsiapa yang percaya kepada Kristus
akan diselamatkan!
MONDAY, JANUARY 16, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 16 Januari 2012
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang
berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Selama hidup di
dunia ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan hidup yang tidak
mudah. Ada orang yang tetap kuat menghadapinya, ada pula yang semakin
lemah dan tidak berdaya. Ada tertulis: "Entahkah orang
yang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput
kering atau jerami," (1 Korintus 3:12).
Ada perbedaan
mencolok antara jerami dan kayu, emas dan juga perak. Jika dibakar,
jerami dan kayu pasti akan musnah, tetapi emas dan perak justru
sebaliknya: semakin menjadi murni. Kehidupan orang percaya
seharusnya demikian, meski harus "...melintasi lembah Baka, mereka
membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim
menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin
kuat,..." (Mazmur 84:7-8). Ujian dan tantangan yang
semakin berat biarlah membuat kita semakin kuat pula di dalam Tuhan.
Karena itu kita harus memandang setiap permasalahan yang ada dengan kacamata
iman.
Bagaimana
supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan? Kita harus memiliki
persekutuan yang karib dengan Tuhan atau meluangkan waktu untuk senantiasa
berada di hadiratNya, sehingga tantangan sebesar apa pun tidak akan membuat
kita goyah. Dikatakan, "Berbahagialah orang-orang yang
diam di rumah-Mu, yang terus menerus memuji-muji Engkau. Sebab lebih baik
satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih
baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang
fasik." (Mazmur 84:5, 11). Untuk beroleh kekuatan kita
harus melekat kepada Tuhan, karena tanpa pertolonganNya kita tidak akan mampu
menghadapi semuanya itu. Ini perlu latihan, artinya setiap hari kita
harus rela dilatih dan dibentuk Tuhan melalui berbagai ujian dan tantangan yang
ada. Adakah yang bisa kita banggakan di dunia ini: uang, harta,
kekayaan atau jabatan? Semuanya tidak bisa menolong dan menyelamatkan
kita.
Daud
berkata, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;
dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan,
yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah,
Penjagamu tidak akan terlelap." Mazmur 121:1-3
TUESDAY, JANUARY 17, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 17 Januari 2012
"Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di
antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus
keledai-keledai hutan;" Mazmur 104:10-11
Kasih Tuhan itu
tak terhingga, tak terukur dan tak terduga dalamnya. KasihNya tak hanya
Ia curahkan kepada manusia, diperhatikan pula ciptaanNya yang lain. Tuhan
sangat memperhatikan hewan-hewan, dipeliharanya dan disediakan pula segala
kebutuhannya.
Terhadap
hewan-hewan Tuhan menaruh hikmat untuk melindungi diri terhadap bahaya yang
mengancam dan juga musuh yang selalu memangsa seperti tertulis: "pelanduk,
bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,"
(Amsal 30:26). Pemazmur juga menyatakan bahwa "gunung-gunung
tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat
perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Pelanduk
adalah binatang yang sangat lemah tapi cerdas, ia membuat rumahnya di
bukit-bukit batu untuk menyelamatkan diri dan menghindari terkaman binatang
buas. Manusia juga seharusnya selalu sadar dan mengerti bahwa dirinya
sangat lembah sehingga memudahkan Iblis untuk menerkam dan memangsanya.
Karena itu kita juga harus belajar seperti pelanduk, yang membuat rumah di
bukit batu yang teguh yaitu Tuhan Yesus Kristus. Jika pelanduk dikejar
oleh binatang buas segeralah ia berlari dan berlindung masuk ke dalam
celah-celah bukit batu itu, sehingga binatang yang besar itu tak mungkin dapat
memasuki lubang si pelanduk.
Alkitab
menyatakan, "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."
(1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain kita harus berindung di
'Bukit Batu' yaitu 'Batu Karang Keselamatan' Yesus
Kristus. Walaupun badai keras menerpa kehidupan kita, apabila kita
berlindung padaNya, maka aman dan tenanglah kita. Sebesar apa pun badai
yang menyerang kehidupan kita, kalau kita berlindung pada 'Bukit
Batu' yaitu Tuhan Yesus Kristus, pastilah Dia sanggup meredakannya.
Karena itu
serahkan semua beban dan persoalan hidup ini ke dalam tangan Tuhan yang
Mahakuasa dan jangan pernah ragu akan Dia. Bukankah semesta alam ini
tunduk kepada perintahNya?
"Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu
Engkau akan menuntun dan membimbing aku." Mazmur 31:4
WEDNESDAY, JANUARY 18, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 18 Januari 2012
"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat
terang." Mazmur 36:10
Tak bisa
dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak
ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti
bumi ini.
Tuhan tahu
benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila
bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan
Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu
terang diciptakan terebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya.
Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama
dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang
menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan
manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia
akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan.
Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai
hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan
hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan
dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
Ketika kita
berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan
sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk
mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang
berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang
mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu
masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai
anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang
ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah
kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu
hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah
kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan
gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di
dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan
dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).
Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima
Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan
melihat terang kemuliaanNya dinyatakan atas kita!
THURSDAY, JANUARY 19, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 19 Januari 2012
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu
seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." 2
Timotius 2:9
Injil Kristus bukanlah kitab biasa, tidak bisa disamakan dengan kitab-kitab lain atau buku-buku ilmu pengetahuan apa pun yang ada di dunia ini, "...karena Inji adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Roma 1:16). Jadi, Injil adalah perkataan Tuhan sendiri yang mengandung kuasa yang sangat dahsyat.
Injil Kristus bukanlah kitab biasa, tidak bisa disamakan dengan kitab-kitab lain atau buku-buku ilmu pengetahuan apa pun yang ada di dunia ini, "...karena Inji adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Roma 1:16). Jadi, Injil adalah perkataan Tuhan sendiri yang mengandung kuasa yang sangat dahsyat.
Kalau kita baca
dalam Kisah Para Rasul, kita mengetahui bahwa Tuhan telah melakukan banyak
mujizat melalui gereja mula-mula. Di mana saja para rasul Tuhan pergi
memberitakan Injil selalu ada buah-buah yang dihasilkan yaitu mujizat demi
mujizat. Injil Kristus selalu akan menghasilkan mujizat apabila firman
itu diberitakan secara berani dengan penuh iman, karena "...firman
Allah tidak terbelenggu." (ayat nas). Manusia bisa saja
membungkam mulut si pemberita Injil, tapi kuasa Tuhan tak akan pernah
terbelenggu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Salah satu
mujizat yang terjadi ialah kesembuhan orang yang lumpuh di Listra.
Kesembuhan itu terjadi karena firman Tuhan. Orang lumpuh itu sembuh bukan
karena Paulus dan Barnabas, tapi karena iman dia. Bukan manusia yang
menyebabkan iman timbul dan hati seseorang, tetapi "...iman
timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma
10:17). Kuasa firman Tuhan itu sanggup menembus hati orang untuk
menimbulkan iman.
Oleh
pemberitaan firman Tuhanlah terjadi perkara-perkara ajaib di muka bumi ini
karena firman Tuhan akan melaksanakan apa yang telah dikehendakiNya.
Tertulis: "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku:
ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa
yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."
(Yesaya 55:11).
Manusia akan diselamatkan dan beroleh pertolongan melalui pemberitaan Injil
Kristus. Sayang, masih banyak orang yang menolak bahkan melecehkan Inji,
padahal Injil adalah kekuatan Allah yang berkuasa!
FRIDAY, JANUARY 20, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 20 Januari 2012
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus,
bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." 2
Korintus 8:98
Ketika tidak
ada masalah dan pencobaan banyak dari kita yang masih bisa bersemangat dan
berapi-api dalam mengiring Tuhan; tetapi kondisinya akan berbeda ketika
ada persoalan untuk ujian datang menerpa hidup kita: terjadilah perubahan
yang sangat drastis, kita tidak lagi bersemangat, ogah-ogahan dan bersikap acuh
tak acuh terhadap perkara-perkara rohani. Semula tampaknya segenap
kehidupan kita berperisaikan iman, tetapi ketika angin kecil bertiup gugurlah
perisai itu.
Angin-angin
kecil yang melambangkan pencobaan memang sebagai alat penguji kesungguhan dan
iman kita. Kalau diterpa angin kecil saja perisai iman kita sudah gugur,
bagaimana jadinya bila suatu saat badai dan gelombang besar menyerang?
Ketika perisai iman mulai gugur, pikiran manusia kita mulai bekerja secara
aktif. Kita mulai mencari-cari jalan keluar dengan kekuatan dan akal
sendiri. Dan kita pun jadi lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang
besar. Perhatikan kehidupan jemaat yang ada di Makedonia dalam kisah hari
ini: meski menghadapi banyak persoalan, hatinya tetap berlimpah dengan
syukur. Dikatakan, "Selagi dicobai dengan berat dalam
pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin,
namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah
memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka."
(2 Korintus 8:2, 3). Mengapa bisa seperti itu? Karena mereka telah
mengenal kasih karunia Tuhan.
Jadi, setiap
orang yang mengaku telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus tapi sikap dan
perbuatannya tidak menunjukkan perubahan, orang itu sebenarnya belum mengenal
kasih karunia Tuhan. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan pasti
menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya: kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan juga
penguasaan diri. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan hatinya
akan peka terhadap orang lain dan senantiasa menunjukkan kasih dan kemurahan
hati seperti yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia ini.
Mengasihi orang lain dalam tindakan nyata adalah bukti bahwa kita telah
mengenal kasih karunia Tuhan!
SATURDAY, JANUARY 21, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 21 Januari 2012
"Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepala kepada bangsa itu,
menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata
mereka: 'Nanti kami mati semuanya.'" Keluaran
12:33
Alkitab
menyatakan bahwa semua yang diselamatkan oleh kasih anugerah Tuhan, ditebus
dengan darah. Inilah yang dialami oleh bangsa Israel kala itu, bangsa
yang sangat dikasihi Tuhan. Karena itu mereka harus segera meninggalkan
Mesir.
Setiap orang
yang telah ditebus dan diselamatkan Tuhan seperti bangsa Israel ini, sekali
dibebaskan, harus segera mengambil tindakan tegas untuk keluar dari tempat
itu. Penebusan melalui darah tidak hanya memisahkan yang hidup dari yang
mati, tetapi darah itu juga memisahkan anak-anak Tuhan dari belenggu dunia
ini. Akibat dari penebusan terjadilah pemisahan. Setelah terlepas
dari maut yang mematikan setiap anak sulung bangsa Mesir, umat Israel harus
bergegas keluar meninggalkan Mesir sesuai dengan perintah Tuhan,
karena "...mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat
berlambat-lambat," (Keluaran 12:39). Sebagai umat yang
telah ditebus oleh darah Kristus kita harus memisahkan diri dari
'Mesir' yang adalah gambaran dari kehidupan dunia ini.
Kini, dunia
sangat membenci kita sebab kita bukan lagi menjadi miliknya seperti yang
dikatakan Tuhan Yesus, "Jikalau dunia membenci kamu,
ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai
miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."
(Yohanes 15:18-19). Mungkin saja rekan kerja kita membenci kita karena
Kristus, tetangga kanan kiri mulai mencibir, atau bahkan orang-orang
terdekat (keluarga) juga mengasingkan dan mengucilka kita karena
kita telah menjadi milik Kristus. Keadaan ini jangan membuat kita jadi
lemah, justru kesempatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah
mereka. Tuhan menghendaki agar kita yang menjadi milikNya benar-benar
memiliki kehidupan yang 'berbeda', karena "...siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Darah Kristus sangat mahal, karena itu setiap orang yang telah ditebus tak
boleh hidup seenaknya sendiri, harus benar-benar menjadi manusia baru:
artinya kehidupan lama harus benar-benar kita tingggakan!
SUNDAY, JANUARY 22, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 22 Januari 2012
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." Matius
9:12
Rumah sakit dan
puskesmas adalah tempat di mana orang yang menderita sakit mendapatkan
pengobatan supaya ia sembuh. Banyak orang menolak untuk memeriksakan
dirinya kepada dokter karena mereka menganggap dirinya masih cukup sehat.
Tetapi sekali penyakitnya ketahuan, penyakit itu sudah sangat parah dan gawat
sehingga terlambat untuk diobati.
Demikian pula
dengan keselamatan; tidak sedikit orang menolak untuk datang kepada Tuhan
Yesus karena mereka menganggap bahwa dirinya sudah cukup baik, tak ada
kekurangan atau melakukan perbuatan dosa sedikit pun. Golongan yang
menganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain adalah orang-orang Farisi.
Mereka (orang-orang Farisi) beranggapan bahwa orang berdosa itu tak
mungkin akan menjadi baik dan bertobat. Ketika melihat Yesus makan
bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, orang Farisi
menunjukkan ketidaksenangannya dengan berkata, "Mengapa gurumu
makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdsoa?"
(Matius 9:11).
Adalah mudah
bagi kita untuk melihat kelemahan, kekuarangan dan juga dosa yang diperbuat
oleh orang lain. Kita dengan gampanganya melontarkan kritikan atau
menghakimi mereka dan menganggap diri kita ini lebih benar dari mereka.
Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kamu menghakimi, maka
kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganah kamu menghukum, maka kamupun
tidak akan dihukum;... Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?"
(Lukas 6:37, 41). Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa Ia datang "...bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius
9:13).
Jadi, Tuhan
Yesus datang ke dunia untuk mencari orang-orang berdosa dan bukan mencari
orang-orang yang mengaku dirinya sudah benar. Orang-orang yang merasa
dirinya benar sangatlah sulit untuk bertobat. Bukankah masih ada
anak-anak Tuhan dan bahkan para pelayan Tuhan yang merasa dirinya lebih baik
dan lebih benar dari orang lain, sehingga dalam hidupnya selalu mencela dan
meghakimi orang lain?
Jangan sekali pun menghakimi orang lain, apalagi merasa diri kita
benar. Sebaliknya kita harus merangkul orang lain yang belum diselamatkan
dan membawanya kepada Tuhan Yesus.
MONDAY, JANUARY 23, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 23 Januari 2012
"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang
mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan
kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang
kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan." Yesaya
31:1
Kata
'Mesir' adalah lambang dunia; kuda, kereta dan pasukan berkuda
adalah gambaran dari kekuatan dunia. Firman Tuhan mengingatkan agar
kehidupan orang percaya tidak bergantung padanya, dan tidak bersandar atau
mengandalkan apa pun yang ada di dunia ini.
Tertulislah
demikian: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
Tuhan!" (Yeremia 17:5). Ini artinya Tuhan tidak
menghendaki kita mengandalkan kekuatan dan pertolongan di luar Dia. Tuhan
tidak menghendaki kita berharap kepada sesuatu di luar Dia seperti kekayaan,
kepandaian dan kekuatan diri sendiri sebab semuanya serba terbatas. Bila
kita mengandalkan atau mengharapkan kekayaan, kehormatan, popuaritas, jabatan,
reputasi, prestise dan sebagainya, pada saatnya akan kecewa karena semuanya itu
tidak ada yang kekal. Alkitab menegaskan, "Sebab orang
Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang
lemah, bukan roh yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka
sekaliannya habis binasa bersama-sama." (Yesaya 31:3).
Kekecewaan tidak hanya berhenti sampai di situ; Iblis akan merasuki
pikiran manusia dengan berbagai rohnya yaitu roh putus asa, pesimis, ketakutan,
frustasi, dan akhirnya karena tak kuat menanggung beban mental ini seseorang
bisa melakukan perbuatan yang nekat yaitu bunuh diri. Beberapa waktu yang
lalu surat kabar lokal Surabaya mencatat beberapa nama artis Korea yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri padahal mereka masih muda, cantik dan
juga populer. Tindakan bunuh diri tersebut didasari oleh kekecewaan, frustasi
dan merasa gagal.
Hari ini kita
diingatkan untuk tidak berharap pada dunia ini, sebaliknya mari kita andalkan
Tuhan dan menaruh pengharapan itu hanya kepadaNya sebab pengharapan di dalam
Dia tidak pernah mengecewakan!
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada
Tuhan!" Yeremia 17:7
TUESDAY, JANUARY 24, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 24 Januari 2012
"Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku
apabila kekuatanku habis." Mazmur 71:9
Bertambah hari
umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah. Pada saatnya
kita akan menjadi tua: keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot,
menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas. Tidak sedikit
orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap
awet muda. Ada yang menempuh jalan oeprasi plastik (permak
wajah) ke luar negeri dengan biaya yang selangit. Sebesar apa pun
biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan: tetap
cantik dan awet muda.
Banyak orang dihinggapi
rasa cemas dan kuatir ketika mereka menginjak masa tua. Mungkin karena
anak-anaknya sudah tinggal jauh dari mereka, atau jika masih ada di dekatnya,
ia merasa anaknya sudah tak membutuhkan dirinya lagi. Banyak sekali
orang-orang tua yang harus menghabiskan sisa hidupnya di panti jompo: ada
yang memang sudah tidak memiliki sanak famili alias sebatang kara, ada pula
yang memang sengaja dititipkan oleh anak-anaknya karena mereka merasa kerepotan
dan tidak sanggup merawat oleh karena sibuk.
Rasa cemas ini
juga sempat menyerang Daud karena ia tahu benar bahwa tak mungkin seseorang
tetap muda dan tetap perkasa. Namun pada akhirnya Daud yakin benar bahwa
Tuhan tidak pernah meninggakan orang yang dikasihiNya. Ia mengerti benar
bahwa satu-satunya tempat bersandar adalah Tuhan saja. Daud tak pernah
berharap pada anak-anaknya, dia pun tidak takut ditinggalkan oleh
anak-anaknya. Yang ia takutkan adalah bila ia ditinggalkan Tuhan.
Ituah sebabnya Daud memohon, "Janganlah membuang aku pada
masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis."
(ayat nas). Dalam doanya Daud juga berkata, "Sebab
Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari
perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji. Bagi banyak orang aku
seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat."
(Mazmur 71:5-7).
Jangan cemas akan hari tua, sebab "Sampai masa tuamu Aku tetap
Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu." Yesaya
46:4a
WEDNESDAY, JANUARY 25, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 25 Januari 2012
"Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni
keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada Tuhan, Allah
kita, ada keselamatan Israel!" Yeremia 3:23
Biasanya
bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjadi kebanggaan
bangsa-bangsa; dan menurut pemikiran mereka apabila musuh datang
menyerang, mereka akan lari secepatnya ke bukit atau gunung, dan apabila musuh
telah tiada mereka akan kembali ke ladangnya untuk bekerja. Jadi
bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan
menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
Tetapi Yeremia
menegaskan bahwa semua itu adalah tipu daya belaka dan sia-sia. Ada
tertulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion,
atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang
terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa
datang!" (Amos 6:1). Bukankah masih banyak orang pergi ke
gunung-gunung, gua-gua dan juga makam-makam untuk mencari pertolongan dan
berkah. Kalau pun di situ mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu
muslihat Iblis, hanya sementara dan semu belaka, yang akhirnya akan datang
membawanya kepada kehancuran. Memang manusia memiliki kecenderungan
mengandalkan kekuatan diri sendiri dan bergantung pada sesuatu yang
kelihatan. Bukit dan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang bisa
berbicara tentang uang yang ada di banak, emas, mobil dan aset-aset berharga
yang kita miliki, dokter yang selalu kita andalkan, suami atau isteri,
anak-anak atau juga sahabat. Betapa banyak 'gunung-gunung'
mengelilingi kita untuk tempat kita berlindung dan berlari kepadanya ketika
kesesakan datang. Nampaknya begitu kokoh dan bisa kita banggakan.
Namun Wahyu 16:20 mengatakan, "Dan semua pulau hilang
lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung."
Demikianlah
gunung-gunung pengharapan kita itu tidak kekal dan mudah lenyap. Ada
sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari gunung-gunung yang tampak, yaitu
Tuhan. Dialah satu-satunya penolong hidup kita. "Allah
yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang
kekal." (Ulangan 33:27a).
Lengan Tuhan yang kuat dan perkasalah yang menjadi sumber pertolongan kita,
bukan bukit-bukit atau gunung-gunung!
THURSDAY, JANUARY 26, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 26 Januari 2012
"Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa
sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa
untuk dilakukan - mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian
sukarela bagi Tuhan." Keluaran 35:29
Melalui Musa
Tuhan memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan oleh jemaat, di antaranya
ialah persembahan sukarela yang keluar dari hati yang tergerak, bukan karena
terpaksa atau dengan sedih hati. Dari pembacaan firman Tuhan hari ini
kita mengetahui bahwa setiap orang mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya
seperti: "...setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya
sebagai persembahan khusus kepada Tuhan: emas, perak, tembaga, kain ungu
tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kamabing; penaga,
minyak untuk penerangan, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan
dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan
untuk tutup dada." (Keluaran 35:5b-9). Alkitab tidak
menyebutkan bahwa mereka membawa persembahan kepada Tuhan dengan suatu motivasi
tertentu atau ada 'udang di balik batu'.
Tidak sedikit
orang yang memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan (menolong orang yang
sedang dalam kesusahan, membantu korban bencana, menjadi donatur untuk
yayasan-yayasan sosial dan sebagainya) oleh karena mereka memiiki
motivasi-motivasi tertentu, tidak tulus ikhlas: supaya terkenal, beroleh
pujian dan decak kagum dari orang yang melihatnya dan lain-lain. Tuhan
tidak menghendaki persembahan yang demikian. Jadi, "...jika
engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat
tangan kananmu." (Matius 6:3).
Tuhan mau apa
pun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau menolong orang
lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni. Akitab
menyatakan, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup
melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan
di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan." (2 Korintus 9:7-8).
Memberi dengan sukarela dan tulus hati menyenangkan hati Tuhan!
FRIDAY, JANUARY 27, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 27 Januari 2012
"Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak
dapat membawa apa-apa ke luar." 1 Timotius 6:7
Hidup orang
percaya sepenuhnya tergantung pada iman di dalam janji-janji Tuhan. Perlu
kita sadari bahwa selama kita hidup di bumi ini kita akan mengalami banyak
pergumulan dan juga peperangan rohani. Namun Alkitab tegas menyatakan
bahwa iman orang percaya mampu mengalahkan dunia. Tertulis: "Dan
inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang
mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak
Allah?" (1 Yohanes 5:4b-5).
Apa yang
dimaksud dengan kata 'dunia' di sini? Yaitu segala sistem
atau cara hidup dunia: berlaku curang, mementingkan diri sendiri,
mengumpulkan harta dengan dengan cara yang tidak benar, menekan orang lemah dan
mengambil keuntungan dari orang lain adalah beberapa contoh cara hidup
dunia. Hanya imanlah yang mampu menaklukkan kecenderungan yang ada di
dalam diri kita yang selalu ingin melakukan perkara-perkara duniawi itu
sehingga kita mampu menjalani hidup sesuai dengan cara Tuhan. Salah satu
contoh adalah sifat ingin memiliki atau mengingini sesuatu. Memiliki
keinginan terhadap sesuatu itu tidaklah salah; jika diarahkan kepada
perkara yang tepat dan benar itu akan menghasilkan hal-hal luar biasa.
Sebaliknya, jika sifat mengingini ini terarah pada hal-hal yang negatif akan
membawa seseorang kepada kehancuran. Perhatikan ini: "Tetapi
mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan
ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang
dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1
Timotius 6:9-10).
Ingin cepat
kaya dan cinta terhadap uang adalah hal yang diingini oleh manusia.
Keinginan seseorang untuk menjadi kaya dan cinta uang akhirnya akan
menghancurkan kehidupannya sendiri. Karena itu Salomo
menasihati, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya,
tinggalkan niatmu ini." (Amsal 23:4).
Karena memburu uanglah banyak orang makin tersesat dan meninggalkan
imannya, artinya mereka tidak bisa bertahan dan ujung-ujungnya adalah mengalami
kebinasaan kekal, karena mereka lebih mengasihi harta dan uang daripada mencari
Tuhan!
SATURDAY, JANUARY 28, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 28 Januari 2012
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada
waktunya." Pengkotbah 3:1
Begitu
berharganya waktu sehingga orang mengatakan 'waktu adalah uang'.
Ini menunjukka bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berarti dan bernilai bagi
kehidupan manusia.
Ada tiga fase
waktu yaitu kemarin, yang adalah kenangan di mana semuanya tak mungkin
terulang; hari ini atau sekarang adalah kenyataan yang sedang kita jalani
dan merupakan anugerah dari Tuhan; sedangkan esok adalah harapan dan itu
masih misteri atau rahasia Tuhan. Jadi kita yang beroleh kesempatan menjalani
hidup sampai hari ini pergunakan itu sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan,
karena "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di
bawah langit ada waktunya." (ayat nas). Sesibuk apa pun
pekerjaan dan aktivitas kita, jangan pernah lupa memberi waktu kita untuk Tuhan.
Tuhan berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam
dengan Aku?" (Matius 26:40). Dalam sehari berapa lama kita
bersekutu dengan Tuhan: berdoa, membaca dan merenugkan firman
Tuhan? Ataukah kita berdoa hanya saat bangun tidur, mau makan dan hendak
beranjak tidur? Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa menyukai
firman Tuhan dan merenungkanNya itu siang dan malam (baca Mazmur 1:2).
Waktu-waktu yang ada hendaknya kita gunakan juga untuk memperhatikan jam-jam
ibadah kita. "...ibadah itu berguna dalam segaa hal, karena
mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan
datang." (1 Timotius 4:8). Oleh karena itu, "Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati; dan semakin
giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani
10:25).
Hal lain yang
tak boleh kita abaikan juga adalah memberi waktu untuk keluarga: memberi
perhatian kepada suami, isteri dan anak. Seringkali karena sibuk kita
melupakan waktu untuk keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah
dari keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah dari keluarganya.
Anak-anak memberontak dan akhirnya terjerumus narkoba dan sebagainya karena
kurangnya perhatian dari orangtua. Selain itu, sebagai makhluk sosial
kita tidak bisa hidup sendiri, kita memerlukan orang lain atau sesama
kita. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya." (Amsal 27:17).
Waktu dan kesempatan yang baik tidak pernah datang untuk kedua kalinya,
karena itu pergunakanlah dengan baik.
SUNDAY, JANUARY 29, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 29 Januari 2012
"Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan
tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." Yakobus5:12b
Perkataan
mengandung kuasa, karena itu kita perlu berhati-hati. Perkataan seseorang
menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya, sekaligus menunjukkan siapa dia
sesungguhnya sebagaimana tertulis: "Demikianlah setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu
menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu
menghasilkan buah yang baik." (Matius 7:17-18). Dengan
kata lain, seseorang yang jahat atau baik ditandai melalui kata-kata yang
keluar dari mulutnya.
Ayat nas di
atas menggambarkan betapa hebatnya kuasa dari dua kata yaitu ya dantidak.
Dua kata sederhana ini ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi yang
memperkatakannya; baik atau buruk tergantung pada siapa dan kapan
kata-kata itu dipergunakan. Untuk bisa berkata tidak terhadap
dosa atau perkara-perkara yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dibutuhkan
keberanian dan ketegasan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Sadrakh,
Mesakh dan Abednego di hadapan raja Nebukadnezar, "Jika Allah
kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari
perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan
memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan
itu." (Daniel 3:17-18). Tiga orang muda ini berani
berkata tidak terhadap raja, berani menolak untuk tidak
menyembah patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Suatu
keputusan yang membawa resiko pada diri orang yang mengucapkannya: mereka
harus dibuang ke dapur perapian yang dibuat tujuh kali lebih panas dari yang
biasa (baca Daniel 3:19). Hal
ini juga dialami oleh Daniel, yang karena berani berkata tidak terhadap
peraturan yang telah ditetapkan oleh raja, ia dimasukkan ke dalam gua singa.
Seseorang yang
berani berkata tidak terhadap dosa beroleh pembelaan dari
Tuhan. Sadrakh, Mesakh, Abenego dan juga Daniel mengalami mujizat yang
luar biasa.
Di akhir zaman ini Tuhan mencari orang-orang yang memiliki keberanian
berkata tidak terhadap dosa. Sebaliknya berkatalah ya terhadap
perkara-perkara rohani yang dari Tuhan, karena di balik dua kata sederhana itu
ada dampak yang luar biasa!
MONDAY, JANUARY 30, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 30 Januari 2012
"Makin Kupanggil mereka (Israel - Red.), makin pergi mereka itu
dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan
membakar korban kepada patung-patung." Hosea
11:2
Manusia yang
hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan mengerti
pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu. Menurut pemikiran
manusia -karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus- tentunya mereka
yang bersalah, berbuat dosa dan menyeleweng dari jalan-jalanNya pasti segera
dibinasakanNya. Namun pikiran manusia bukanlah pikiran Tuhan!
Tertulis: "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus
di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." (Hosea
11:9b). Tak semudah cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan
umat yang menyimpang dari jalan-jalanNya. Akan tetapi Tuhan itu panjang
sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali
bertobat. Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang dipilih
dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapanNya.
Sudah sangat
jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk,
namun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Dalam kekecewaanNya Tuhan
berkata, "Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan
mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku
menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan
ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari
tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka
makan." (Hosea 11:3-4).
Pengalaman
bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar
untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa
apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti
Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan ingin melalui 'proses
hidup' ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya.
Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapanNya, dan melalui
masalah dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan
mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kakiNya untuk menerima
kembali pemulihan dari Tuhan.
Kasih tidak selamanya memanjakan, tetapi adakalanya mendidik dan
mendisiplinkan. Kasih yang tegas harus Tuhan lakukan agar kita tidak
tersesat jauh!
TUESDAY, JANUARY 31, 2012
Renungan Harian
Air Hidup, edisi 31 Januari 2012
"Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya,
dan mereka semua merasa sangat terhibur." Kisah
20:12
Pernahkah
Saudara mengantuk saat ibadah? Jujur kita jawab: pernah atau
mungkin malah sering, apalagi kalau jam ibadahnya di siang hari, benar-benar
tak bisa ditahan rasa kantuknya; belum lagi cara si pengkotbah
menyampaikan firman Tuhan yang begitu membosankan.
Rasa kantuk
yang luar biasa juga dialami oleh seorang pemuda yang bernama Euthikus,
yang "...duduk di jendela. Karena Paulus amat lama
berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya." (Kisah
20:9a). Euthikus sedang berada dalam rasa kantuk yang berat saat ia
mendengarkan Paulus berkhotbah, padahal Paulus berkhotbah dengan berapi-api dan
suara yang menggelegar, tetapi tetap saja ia tidak dapat mengusir beban kantuk
yang begitu berat, menggelayuti kedua matanya. Setelah mencoba dengan
sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi serangan kantuk itu akhirnya Euthikus
sudah tidak tahan lagi dan tertidur lelap, sampai terjatuh dari tingkat tiga ke
bawah. Melihat kejadian ini semua orang menjadi gempar, ia pasti
mati. Rasul Paulus merasa bertanggung jawab atas musibah yang menimpa
Euthikus ini. Simak pernyataannya, "Jangan ribut, sebab ia
masih hidup." (Kisah 20:10). Mengapa Paulus begitu yakin
bahwa Euthikus masih hidup? Pasti Paulus tidak asal bicara. Ia
bukannya tidak tahu cara membedakan antara orang mati dan hidup.
Iman! Inilah yang membuat Paulus merasa yakin bahwa pemuda itu hidup dan
dapat dibangkitkan lagi. Ada tertulis: "Iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Paulus sedang
memperkatakan iman! Iman memampukan seseorang menentang alam logika
manusia. Dengan iman, Paulus percaya meski segala sesuatunya belum
terlihat secara kasat mata; dan terbukti: Euthikus bangkit
kembali. Itu bukan karena Paulus, tapi karena iman yang ada di dalam diri
Paulus.
Sebagai orang
percaya kita pun harus belajar memandang dengan mata iman. Iman di sini
bukan sekedar untuk mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat, tetapi
juga iman untuk menghadapi segala persoalan yang terjadi dalam kehidupan
kita. Mari kita jalani hari ini dengan penuh iman kepada Tuhan.
Yakinlah bahwa tiada yang mustahil bagi Dia!
Tidak ada cara lain untuk mengalami dan merasakan perbuatan-perbuatan ajaib
dari Tuhan kecuali kita berjalan dalam iman setiap hari!